Rabu, 07 April 2010

CATATAN HATI SEORANG IKHWAN


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi waktu. Sesungguhnya semua orang benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal salih, serta saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

Teman tahukah kalian bagaimana jika hati tersakiti????

semuanya pasti kompak menjawab…”Tidaaaakkkk Eeeennnnaaaaakkk”
Tentu saja tidak enak, makan menjadi tidak nafsu, tidur pun tidak nafsu, kepala pusing, bahkan segala aktifitas terasa sangat mengganggu, rasanya hanya ingin berdiam diri, menangis, merana sendiri di dalam kamar sambil meratapi setiap masalah yang terjadi.

Duh…rabbi…, mengapa kau turunkan masalah ini kedalam diri ini, apakah masalah itu bagian dari ujianMU yang nantinya mampu menaikkan derajat hambaMU ini, ataukah ini adalah sebagai bentuk dari azab yang sengaja kau turunkan untuk menghukum diri ini yang terlalu lama terbuai dalam lamunan kenikmatan hidup dunia, atau mungkin….dan mungkin…..

hehhh…rasanya tidak mampu lagi diri ini berkata terlalu banyak.
Niat awal dari para pencari tuhan adalah menjadi seorang hamba yang taat beribadah dan menjalankan setiap bentuk amal kebaikan, sehingga dia mampu menjadi seorang yang sangat berjasa untuk dirinya sendiri dalam membentuk jiwa empati yang teramat sangat, namun seiring dengan perputaran waktu, detik, menit, jam, dan hari, niat itu kini berubah arah, mencari jalannya sendiri seolah-olah dia memiliki sebuah pedoman ataupun peta petunjuk dalam mencari asal dari sebuah niat yang tulus.

Pada saat niat awal dari kebaikan itu mulai mencari jalannya sendiri menuju sebuah jalan yang membingungkan para penempuhnya, maka tersesatlah dia dari jalan yang benar, tetapi disini ternyata ada sebuah metoda yang sangat perlu untuk kita uraikan supaya jangan sampai jalan yang ditempuh menyesatkan dan membuat sebuah amalan yang kita lakukan akan sirna bak debu yang berada di atas batu licin kemudian di terpa oleh hujan deras, sehingga tidak ada noda ataupun bekas di batu tersebut.

Menyedihkan memang jika sebuah niat yang sengaja di azzamkan(ditekadkan) di awal mula melakukan aktivitas harus ternodai oleh sebab-sebab penyakit hati yang sudah sejak lama bersemayam didalam diri orang tersebut, awalnya niat kita lurus dilandasi karena ingin mengharapkan ridho dari Allah azza wa jalla, ternyata harus menelan pahitnya ludah kita sendiri dengan berakhirnya aktivitas kita, justru tidak memperoleh apa-apa, kalau kata seorang guru sewaktu saya masih menginjakkan kaki di TPA( taman pendidikan alqur’an ) hanya mendapatkan huruf “ Fa dan Ya”, wah kalau hanya memperoleh letih dan capek saja lebih baik tidak usah untuk melakukan aktivitas, mending dirumah santai-santai, nonton tivi, atau tidur-tiduran, badan bisa rileks otak dan otot tidak tegang, atau baca alqur’an ditambah dengan baca buku referensi islam sehingga mampu menambah kadar keimanan dan wawasan keislaman kita, tetapi semua itu ternyata haruslah seimbang dalam menjalankan aktivitas kita, apalagi yang bisa membuat diri kita terjerumus kejurang penyakit riya’, karena bahasanya, setiap amalan yang akan kita lakukan harus kontinue dan berkesinambungan, makanya amalan yang terkadang sekaligus dikerjakan dalam satu waktu mudah membuat orang keletihan dan hilang ghiroh untuk menjalankannya lagi, bahkan bisa jadi amalan ini akan tertolak dikarenakan timbul penyakit riya’ tersebut.

Coba saja dibayangkan tentang bagaimana seseorang yang dengan sengaja menjalani sebuah aktivitas besar kemudian aktivitas itu dilihat oleh orang banyak, sangat besar kemungkinan untuk orang tersebut jatuh kedalam riya’ karena amalan itu sengaja dikerjakannya diwaktu tersebut dan saat itu saja, tetapi tidak mesti semua orang begitu karena semuanya tergantung niat dan kadar keimanan masing-masing, atau kita ambil satu sample lainnya tentang seseorang yang juga melakukan aktivitas tetapi dia berkesinambungan melakukan amalan tersebut, terus saja setiap hari misalnya dia membaca alqur’an dan itu posisinya juga sama seperti orang yang ada diatas selalu dilihat oleh orang banyak, nah disini akan sangat kecil kemungkinan untuk terjerumus kedalam penyakit riya’, mengapa saya katakan seperti itu? pernah mendengar sebuah kalimat “ALA BISA KARENA BIASA”, kata-kata ini mengandung makna, bahwasanya orang yang setiap harinya “BIASA” menjalankan sebuah aktivitas, entah itu mau ibadah, kerja ataupun yang lainnya, justru akan sangat mungkin untuk “BISA” mengendalikan diri agar tidak terjerumus kedalam jurang penyakit riya’, karena dia telah terbiasa dengan aktivitasnya itu, pun dengan orang lain yang setiap hari melihatnya seperti itu akan berkata

” wah itu sudah biasa bro tiap ari emang gitu kerjanya, so…biarin aja dink”

Nah makanya disini saya sengaja menulis ulasan ini agar kita dapat memahami arti dari sebuah niat tersebut, bukan berarti saya sebagai orang yang menulis lebih soleh dari anda-anda semua, tidak, saya cuma ingin berbagi tentang sebuah eksistensi daripada niat, agar nantinya kita mampu merealisasikannya kedalam kehidupan keseharian kita dengan atau tanpa niat buruk yang nantinya akan merusak dan menggerogoti amalan kita, karena kita tidak tahu apakah nantinya amalan ini mampu menjadi amal terbaik disisi Alaah azza wa jalla, atau amalan ini hanya sebuah amal yag kita bisa banggakan didunia namun dihadapan Allah ini adalah amalan terjelek kita, atau malah seluruh amalan kita adalah amalan yang paling buruk daripada amalan saudara-saudara kita, wah kalau ini yang terjadi cepat-cepat kita istighfar minta ampun kepada Allah azza wa jalla, sehingga kita bisa diberikan pengampunan dan kekuatan untuk terus melangkah melakukan sebuah amalan tanpa ada niatan untuk memperoleh pujian, sanjungan, yang mampu melenakan kita kealam fantasi yang nun jauh disana. Semoga bermanfaat

(dituis oleh supriadi beganti namo…”perbaiki amalan kita saudaraku”)

3 komentar:

  1. siap bos...jadikan hari ini lebih baik dari kemarin....btw...ada apa tho pri...kok diatas pakai acara nafsu nafsuan segala...emangnya suasana hatimu sedang keruh kah...bersihkan hati biar bening lagi seperti blog ini pri...

    BalasHapus
  2. doakan saya saudaraku, aku tidak tahu harus berbuat apalagi untuk masalah ini, semuanya kuserahkan kepada Allah azza wa jalla, biarlah Allah saja yang menetukan jalan ini

    BalasHapus